Subsidi Kendaraan Listrik, Solusi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca?~Pemerintah dalam APBN 2023 mengeluarkan kebijakan subsidi sekitar Rp5 triliun untuk pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) guna menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Namun, kebijakan subsidi KBLBB dinilai tidak akan berdampak signifikan
terhadap penurunan emisi GRK bahkan subsidi tersebut juga dapat menyebabkan dampak negatif seperti meningkatnya limbah baterai kendaraan listrik yang sulit di daur ulang dan meningkatnya kepadatan jalan. Oleh karena itu, salah satu solusi paling optimal dalam mendukung penurunan emisi GRK adalah perbaikan dan pengembangan moda transportasi umum.~~RIZA ADITYA SYAFRI, S. AK., M.E.~5|Potensi dan Tantangan Ekspor Pasir Kuarsa~Salah satu komoditas tambang non logam yang dapat dikembangkan oleh Indonesia dalam meningkatkan volume ekspor adalah komoditas pasir kuarsa. Kandungan silika yang di dapat dari pengolahan pasir kuarsa merupakan bahan baku utama bagi beberapa sektor industri, seperti sel surya maupun untuk semikonduktor. Saat ini, ekspor pasir kuarsa yang diizinkan oleh pemerintah adalah pasir kuarsa yang telah melewati proses pengolahan dengan kadar silika di atas 99,5 persen dan kadar besi di bawah 120 ppm. Untuk itu dibutuhkan pengembangan lebih lanjut agar pasir kuarsa dapat di ekspor dengan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Sayangnya pengolahan pasir kuarsa di Indonesia saat ini masih dihadapkan pada beberapa tantangan~~DAMIA LIANA, S.E.~14|Tantangan Industri Makanan dan Minuman Halal Indonesia ~Industri makanan dan minuman halal mencakup serangkaian kegiatan industri yang mengarah pada pengolahan, konversi, persiapan, pengawetan dan pengemasan bahan makanan. industri makanan dan minuman sendiri merupakan sektor industri manufaktur terbesar yang menyumbang PDB di mana pertumbuhan PDB tahun 2019-2021 secara berturut-turut yaitu sebesar 7,78 persen, 1,58 persen, 2,54 persen. Kemudian dari sisi ekspor, khususnya sektor halal food merupakan kontributor terbesar ekspor produk halal Indonesia atau mencapai 63 persen dari nilai total ekspor produk halal. Namun, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan industri makanan dan minuman halal dari bahan baku, proses produksi, R&D, serta sertifikasi halal. ~~ERVITA LULUK ZAHARA, S.E., M.E.~9