Tinjauan Efektivitas Dana Alokasi Khusus Fisik Pariwisata~Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan destinasi pariwisata dalam
menarik perhatian wisatawan. Menyadari hal tersebut, pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Fisik Pariwisata sejak tahun 2016. Berdasarkan hasil evaluasi, nampak bahwa DAK
Fisik Pariwisata telah mampu memengaruhi pembangunan di daerah. Namun demikian, masih
terdapat permasalahan terkait penyerapan anggaran DAK Fisik yang masih rendah. Selain itu,
terdapat juga temuan perencanaan pemerintah pusat dan daerah yang belum sinkron seutuhnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah diharapkan untuk menelusuri lebih lanjut terkait
permasalahan pengelolaan anggaran DAK Fisik Pariwisata dan memerintahkan Dinas Pariwisata
di daerah untuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam menyinergikan
perencanaan pengembangan pariwisata.~~SAVITRI WULANDARI, S.E.~13|Daerah Penghasil DBH SDA: Untung Atau Buntung?~Pengalokasian Dana Bagi Hasil bertujuan untuk pemerataan antardaerah. Namun beberapa
penelitian menunjukkan Indonesia mengalami fenomena “kutukan sumber daya alam” yang
kemudian dapat menjadi permasalahan pemerataan pembangunan daerah. Daerah penghasil
memiliki indikator IPM yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah non-penghasil. Pemerintah
perlu mendorong dan membina pemerintah daerah agar bersama-sama lebih memperhatikan
dan mengantisipasi risiko eksternalitas negatif pada daerah penghasil DBH SDA. Harapannya,
pembangunan daerah di Indonesia dapat dijalankan secara adil dan merata.~~TIO RIYONO, S.E.~6|Permasalahan Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia~Salah satu kebijakan dalam mendukung program tersebut dilakukan melalui upaya menurunkan
Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia. Pada tahun 2025, Indonesia memiliki target untuk
dapat mengurangi sampah, termasuk sampah pangan sebesar 30 persen dan juga menargetkan
penanganan sampah mencapai 70 persen. Hasil Kajian Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia
yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan World Resources Institute
(WRI), Waste4Change, dan United Kingdom-Foreign, Commonwealth and Development Office
(UK-FCDO), ditemukan bahwa dalam kurun tahun 2000-2019 (20 tahun) total emisi timbulan FLW
diestimasikan sebesar 1.702,9 Mt CO2 ek, dengan rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29
persen emisi GRK Indonesia. Kerugian dari timbulan FLW dalam kurun waktu tersebut diestimasikan
sebesar Rp213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Sampah pangan
pada sisi konsumsi memproduksi karbon terbesar dari seluruh rantai pasok karbon, namun upaya
pengelolaan FLW tetap perlu dilakukan dimulai dari pada tahap penyediaan pangan, produksi,
konsumsi, hingga pasca-konsumsi.~~ERVITA LULUK ZAHARA, S.E., M.E.~9
Bagikan Buletin APBN Ini
Buletin APBN Terkait
Agustus - 2022
Tinjauan Efektivitas Dana Alokasi Khusus Fisik Par...
Hubungi Kami
Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI Lantai 7, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat 10270